Nenek Georgette Lepaulle, Muallaf Tertua di Dunia
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang
yang kamu kasihi, tetapi Alloh memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Alloh lebih mengetahui orang-orang yang mau
menerima petunjuk.” (QS Al Qashash: 56)
Georgette Lepaulle seorang Nenek yang tinggal di Berchem, di sebuah
kota di propinsi Antwerpen, Belgia. Tahun lalu, th 2012, Nenek telah
membaca dua kalimat syahadat. Bahkan, saat itu Nenek tercatat sebagai
muallaf tertua di dunia (saat itu usianya 91 tahun). Nenek memutuskan
untuk menjadi seorang muslimah karena tertarik dengan keramah-tamahan
muslim (yang berada disekelilingnya) dan beberapa kali dia merasa bahwa
Allah mengabulkan do’anya. Allohu Akbar!
Ceritanya berawal saat 2 tahun yang lalu, saat keluarga Nenek akan
memasukkannya ke panti jompo. Mohammed, seorang muslim yang telah
bertetangga dengannya lebih dari 40 tahun, menghalang-halangi niatan
itu. Dia mengajak Nenek untuk tinggal bersama keluarganya karena
keluarga Mohammed telah mengenal Nenek sejak lama. Apalagi ibu Mohammed
juga sudah meninggal, dia sudah menganggap Nenek seperti ibunya sendiri.
Sejak tinggal bersama keluarga Mohammed, Nenek mulai tertarik dengan
Islam. Nenek melihat mereka sholat berjama’ah, saling berkasih-sayang,
dan saling berbagi. Nenek melihat makna “keluarga” yang begitu indah
dalam keluarga Muhammed, sangat berbeda dengan kondisi keluarganya.
Pada musim panas tahun lalu (2012), Nenek ikut dengan Muhammed untuk
mengunjungi keluarganya di Maroko. Pada waktu itu bertepatan dengan
bulan Ramadhan, bulan puasa bagi umat Islam. Puasa bukanlah hal yang
asing bagi Nenek yang (dulunya) beragama Katolik. Dia dibaptis, pergi ke
biarawati di sekolah, dua kali menikah di gereja dan kedua suaminya pun
telah meninggal dan dikuburkan dengan cara gereja. Selama hidup dia
bekerja sebagai seorang pembantu di sebuah keluarga Yahudi. Namun dia
merasa bahwa agamanya tidak pernah “menyentuh”nya. Sebaliknya, dia
merasa jauh dari Tuhan. Dia mulai merokok untuk pertama kalinya saat
berusia 5 tahun hingga usianya 78 tahun. Pada usia 7 tahun, dia mulai
minum alkohol hingga sebelum dia masuk Islam, dia minum setengah botol
wine setiap hari. Itulah kebiasaan lamanya sejak pernikahan pertamanya
dengan seorang pilot Italia yang telah meninggal saat perang.
Nenek merasa keikutsertaannya saat Ramadhan tahun lalu itu
membangkitkan jiwa religiusnya. Dia sendiri merasa kaget. Dia merasa
sangat terlambat merasakan “pengalaman” ini, merasakan hubungan dengan
sesuatu yang “lebih tinggi”, dengan Allah. Dia merasakan
keterbukaan-Nya, juga cinta-Nya. Dia pernah berdo’a meminta kesembuhan
untuk temannya dan untuk keselamatan seorang anak muda yang “salah
jalan”. Kedua do’anya itu telah dikabulkan-Nya. Baginya, itu sudah cukup
menguatkan dirinya untuk masuk islam.
Saat masuk Islam, para muslimah “membersihkan” seluruh tubuh Nenek
(mungkin maksudnya adalah mandi besar sebagai salah satu hal yang
diwajibkan ketika seseorang itu masuk Islam, sebagaimana dalam sebuah
hadits, Dari Qais bin Ashim Radhiyallahu Anhu bahwa ia masuk Islam, lalu
diperintah oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam agar mandi dengan
menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara.” (Shahih: Irwa-ul
Ghalil no: 128, Nasa’I I: 109, Tirmidzi, II:58 no: 602 dan ‘Aunul Marbud
II: 19 no: 351). -red). Setelah itu, para muslimah pun menghujani Nenek
dengan ciuman. Menurut Nenek, ia tidak pernah mendapat ciuman yang
sebanyak itu sepanjang hidupnya. Dia merasa senang karena mereka
menganggapnya sebagai saudaranya. Sejak masuk Islam, banyak hal yang
harus Nenek tinggalkan, seperti minuman keras , rokok, daging babi dan
juga sesuatu yang tidak mudah bagi seorang wanita yakni make-up.
Sebelumnya, Nenek selalu memakai make-up yang tebal.
Begitu kembali di Belgia, mereka pergi ke masjid besar di Brussels
untuk mengurus Sertifikat ke-Islam-an Noor, nama baru Nenek. Kemudian
masjid di Brussels melaporkannya ke masjid di Mekah. Ternyata, tidak ada
muallaf yang lebih tua dari usia Nenek saat itu, yaitu 91 tahun. Segera
saja Raja Saudi Arabia mengirimkan utusannya ke Berchem untuk
memberikan hadiah, sebuah jam tangan emas untuk Nenek. Tidak hanya itu,
Raja Saudi Arabia juga mengirimkan “undangan” baginya untuk menjalankan
ibadah Haji tahun depan.
Nenek tampak bersungguh-sungguh dengan ke-Islam-annya (semoga Allah
memberi Nenek keistiqNenekhan). Komitmennya untuk menjadi muslimah yang
baik terus dia upayakan, termasuk digambarkan saat wawancara ini. Saat
perkenalan, dia menyembunyikan tangannya dibalik bajunya. Dia menolak
untuk berjabatan tangan. Dia menyebutkan bahwa dia tidak akan
mengulurkan tangannya untuk orang asing karena begitulah aturan Islam
(Subhanalloh…bagaimana dengan kita? yang sudah muslim sejak lahir.
Sudahkah kita memiliki komitmen seperti Nenek? faghfirlana…). Dia hanya
akan “menyentuh” suaminya. Sambil becanda, dia pun mengatakan bahwa
pernyataan ini tidak berarti bahwa dia merencanakan sebuah pernikahan
setelah ini (setelah ia menjadi muslimah). Bahkan ketika Nenek ditanya,
berapakah biaya yang harus dia keluarkan untuk menjadi seorang muslimah.
Dia menjawab bahwa hal ini (ke-Islam-annya -red) tidak ada kaitannya
dengan uang. Dia mengambil keputusan ini dengan sukarela.
Komentar
Posting Komentar